Selasa, 02 Juni 2015



BAB I
APAKAH PENDIDIKAN ITU ?

1.      Arti Istilah
Paedagogie      : pendidikan
Paedagogiek ( berasal dari bahasa Yunani  “paedagogos = pergaulan”) : ilmu pendidikan atau ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungi gejala tentang perbuatan mendidik.
Paedagogos     : (ahli pendi dik) seseorang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya kea rah dapat berdiri sendiri. / Seorang pelayan atau bujang dalam zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar jemput anak-anak ke dan dari sekolah.

2.      Apa yang dimaksud dengan Mendidik?
Mendidik berdasarkan hasil-hasil penyelidikan (teori) dan berdasarkan pengalaman-pengalaman praktik lebih banyak dan baik hasilnya daripada hanya berdasarkan pengalaman dan instuisi saja.
Pengembangan manusia tidak dapat dipersamakan begitu saja dengan perkembangan biologis seperti pada tumbuhan.

3.      Mengapa Anak itu Harus Dididik?
Dalam dunia binatang, mereka juga mendidik anak-anaknya dengan memelihara, melindungi, dan mengajarinya sampai dapat berdiri sendiri seperti induknya.
Dresur dan pendidikan tidak dapat disamakan. Pendidikan yang dilakukan binatang tidak sama dengan pendidikan manusia. Ada persamaan yaitu pada pertumbuhan biologis (jasmaniah) saja. Binatang makhluk alam yang tidak berkebudayaan sedangkan manusia adalah bilangan alam yang berkebudayaan ( berakal dan merupakan persekutuan masyarakat)

-          Kesimpulan :
1.      Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kea rah kedewasaan.
2.      Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.


BAB II
URAIAN SELANJUTNYA TENTANG PENDIDIKAN

1.      Pergaulan dan Pendidikan
Pergaulan hanya terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak ( orang yang belum dewasa). Tetapi tidak setiap pergaulan antara orang dewasa dengan anak bersifat pendidikan. Bisa jadi malah bersifat tidak mendidik dan jahat.  Contohnya adalah seorang orangtua yang berstatus penjahat yang mengajari anaknya untuk merampok , mencopet, dsb.
Pergaulan paedagogis mempunyai sifat didalamnya ada pengaruh yang sedang dilaksanakan dan ada maksud bahwa pengaruh itu dilaksanakan oleh orang dewasa ( misalnya sekolah, buku-buku, dll.) kepada orang yang belum dewasa.

2.      Mengapa Pendidik Harus Orang yang Sudah Dewasa?
Tidaklah mungkin pendidik membawa anak-anak ke kedewasaannya jika pendidik sendiri tidak dewasa. Membawa anak ke kedewasaan tidak hanya dengan anjuran,nasihat, atau larangan tetapi juga dengan memberi gambaran kedewasaan yang senantiasa dapat dibayangkan oleh anak dari pendidiknya didalam pergaulan.

3.      Apakah yang Dimaksud dengan Kedewasaan?
                  
                  MUDA                                                  DEWASA
Mencari bentuk
Menampakkan diri sebagai bentuk
Tidak mempunyai ketetapan
Beranggapan mempunyai ketetapan
Tidak ada kemerdekaan
Merdeka
Mudah berubah
Tetap
Lemah
Stabil
Memerlukan bantuan
Kuat, membantu
Mudah terpengaruh
Tidak bergantung pada orang lain

4.      Mendidik Ialah Memimpin Anak
Pendidikan disebut pimpinan yang berarti anak aktif sendiri dalam berkembang, tumbuh. Tetapi dalam keaktifannya harus dibantu dan harus dipimpin.

a.      Teori Tabularasa ( John Locke dan Francis Bacon)
Teori ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi. Jadi anak tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa yang berarti kekuasaan berada di tangan pendidik.
Teori itu disebut juga empirisme yaitu paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia timbul dari pengalaman yang masuk melalui alat indera.

b.      Teori Nativisme ( Schopenhauer)
Paham ini berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Aliran ini juga disebut pesimisme. Paduan dari teori tabularasa dengan nativisme adalah teori konvergensi oleh W.Stern, Jerman. Teori konvergensi menganggap hasil pendidikan anak-anak ditentukan dan dipengaruhi oleh factor pembawaan dan lingkungan.

5.      Negara dan Pendidikan
Negara mempunyai hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi warga Negara sesuai dengan dasar-dasar dan tujuan Negara yaitu : mengatur kehidupan umum sehingga menjadi bantuan bagi pendidikan keluarga dan dapat mencegah yag merugikan perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya.
Negara juga berhak dan berkewajiban melindungi anak-anak bila materil dan moral orangtua tidak mencukupi, misalnya kurang mampu.













BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN
1.      Pendahuluan
Tujuan : sesuatu yang hendak dicapai dalam pekerjaan.
Pada zaman dahulu ( Hindia-Belanda) tujuan pendidikan hanya kolonialisme saja. Merekan mendidik para bumiputra untuk menjadi pegawai rendahan yang taat, patut, setia mengabdi kepada atasannya.

2.      Tujuan dan Kepribadian Pendidik
Tujuan umum pendidikan adalah membawa anak ke kedewasaan yang berarti harus dapat menetukan diri sendiri dan bertanggungjawab sendiri. Pendidik harus telah memiliki dan menetukan tujuan hidupnya sendiri serta mempersatukan diri dengan norma-norma tertentu sehingga disebut orang yang berkepribadian.

3.      Macam-macam Tujuan di dalam Pendidikan
a.      Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan didalam dan ditetapkan pendidik yang seharusnya menjadi tujuan orangtua atau pendidik lainnya yang selalu dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak didik sendiri dan syarat, alat untuk mencapai tujuan itu.
Ada beberapa factor yang berada pada anak didik yang menyebabkan tujuan umum dilaksanakan secara khusus :
1.      Sifat pembawaan anak didik. ( jenis kelamin, watak)
2.      Kondisi keluarga anak didik. ( kemampuan ekonomi, status social )
3.      Tempat dalam masyarakat yang menjadi tujuan anak didik.
4.      Tugas badan-badan dan tempat pendidikan. ( keluarga, sekolah, badan keagamaan, dsb)
5.      Tugas Negara dan masyarakat di sini dan sekarang.
6.      Kemampua yang ada pada pendidik.

b.      Tujuan tak Sempurna
Ialah tujuan yang mengenai kepribadian manusia tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan  ( keindahan, kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan, dll.). Tujuan ini tergantung kepada tujuan umum.

c.       Tujuan sementara
Merupakan tempat berhenti sementara pada jalan menuju ke tujuan umum. Umpamanya kita melatih anak untuk berbicara. Dalam hal ini tujuan sementaranya yaitu anak dapat berbicara. Tetapi kita juga bertujuan agar anak berbicara dengan baik dan sopan terhadap manusia dan agar berbuat susila.

d.      Tujuan Perantara
Tujuan ini tergantung pada tujuan sementara. Umpamanya tujuan sementara adalah anak harus belajar membaca dan menulis. Untuk mencapainya diperlukan tujuan perantara yaitu meode pembelajaran dan metode membaca.

e.       Tujuan insidental
Merupakan kejadian saat yang terlepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum. Contoh : ayah memsnggil anaknya untuk makan bersama dengan tujuan si anak masuk ke dalam rumah agar tidak lelah bermain. Ayah itu menuntut perintahnya ditaati. Tetapi jika maksud ayah tadi agar anaknya mempunyai kebiasaan tetap untuk makan bersama keluarga,maka hal itu dapat dipandang sebagai tujuan perantara.

      Tujuan-tujuan diatas mempermudah kita hendak mengerti pekerjaan mendidik dan memunginkan untuk meninjau apa yang dianjurkan aliran modern/kuno.

4.      Beberapa Pendapat tentang Tujuan Pendidikan
a.       Ahli didik yang menitikberatkan pendidikan pada ketuhanan dan agama. Ada pula yang lebih mengutamakan keduniaan dan bukan keakhiratan dalam pendidikannya.
b.      - JJ. Rousseau mementingkan “ Pendidikan Individual “.
Ia berkata bahwa manusia saat dilahirkan adalah suci, baik, dan kebanyakan anak menjadi rusak karena manusia itu sendiri atau masyarakat. Rousseau menganjurkan pendidikan menurut alam. Tetapi bagaimana anak dapat memilih mana yang baik dan buruk jika anak tidak dibantu oleh orang dewasa?
-John Dewey memntingkan “Pendidikan Kemasyarakatan”
Anak diharapkan menjadi warga Negara yang baik. Pendidikan hendaklah mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakat.
-          Kesimpulan :
Pendidikan individual dan pendidikan kemasyarakatan harus maju bersama. Jangan meninggalkan kepribadian anak dan harus menjadi anggota masyarakat karena manusia itu tidak hidup sendiri di dunia ini.

c.       Ki Hajar Dewantara
-          Asas-asas Taman Siswa :
1.      Hak seorang akan mengatur dirinya sendiri dengan mengingati tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
2.      Tertib dan damai
3.      Bertumbuh menurut kodrat
4.      Pengajaran berarti mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batinnya,pikirannya, dan tenaganya.
-          Dasar ( Pancadarma Taman Siswa ) :
1.      Dasar kodrat alam
2.      Dasar kebudayaan
3.      Dasar kemerdekaan
4.      Dasar kebangsaan
5.      Dasar kemanusiaan
-          Pendidikan dalam Taman Siswa adalah Sistem Among :
1.      Kemerdekaan sebagai syarat menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin, sehingga dapat hidup merdeka.
2.      Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan secepatnya dan sebaik-baiknya.
-          Kesimpulan : Taman siswa adalah harmonis : mementingkan pendidikan individual dan masyarakat, mementingkan intelektual dan pendidikan yang lain (kesusilaan, kesenian, keindahan, dll.)








BAB IV
TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI INDONESIA
1.      Pendahuluan
Tujuan pendidikan terdapat dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 1954, terutama pasal 3 dan 4
-          Pasal 3 : tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
-          Pasal 4 : pendidikan dan pengajaran berdasar asas-asas yang termaktub dalam Pancasila UUD RI dan atas kebudayaan Kebangsaan Indonesia.
-          GBHN 1983-1988
Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Tugas pendidik :
1.      Membentuk manusia susila
2.      Membentuk manusia susila yang cakap.
3.      Membentuk warga Negara
4.      Membentuk warga Negara yang demokratis
5.      Membentuk warga Negara yang bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

2.      Anak Harus Dididik menjadi Manusia Susila
a.       Manusia susila adalah manusia yang hidupnya selalu menuruti dan sesuai dengan norma-norma kesusilaan yang berlaku.
b.      Dapatkah watak dididik?
-          Menurut Prof. Heymans penganut aliran determinisme meragukan akan berhasilnya pendidikan watak terhadap manusia. Dunia hanya dapat memperoleh orang yang mempunyai kesusilaan tinggi dengan jalan memilih orang mana yang boleh mempunyai keturunan.
-          Kerschensteiner, watak manusia ada 2 :
1.      Watak biologis : watak yang berhubungan dengan nafsu dan insting yang rendah yang terikat dengan kejasmanian. Menurutnya, watak manusia tidak dapat diubah dan dididik.
2.      Watak inteligibel ( watak budi ) : watak yang berhubungan dengan budi atau akal pikiran manusia, yang dapat diubah dan dididik. Watak ini mengandung unsur kekuatan kemauan, kejernihan keputusan, kehalusan perasaan dan lama dan mendalamnya getaran jiwa.
Kita setuju terhadap Kerschenteiner bahwa anak perlu dididik watak dan kesusilaannya.

c.       Mengapa pendidikan susila itu penting?
Pendidikan kesusilaan atau membentuk manusia susila adalah sungguh-sungguh hal yang sangat penting, yang terutama, yang harus dilaksanakan oleh para pendidik, sebagai pembangun masyarakat dan Negara dewasa ini dan selanjutnya.

3.      Anak Harus Dididik menjadi Manusia yang Cakap
a.       Tujuan pendidikan dalam UUD tidak hanya membentuk manusia  susila tetapi juga jasmaniah, akal , dan kemasyarakatan. Demikian tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia susila yang cakap. Bagi sebagian pendidik, “cakap” berarti banyak ilmu pengetahuan dan mendidik manusia cakap berarti memasukkan pengetahuan yang banyak kepada otak anak. Pendidik tersebut berarti mengutamakan nilai materil dan intelektualitas.
b.      Bukan berarti orang yang cakap intelektual dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Masyarakat membutuhkan orang yang cakap pengetahuan dan jasmani, masyarakat perlu orang yang mencari kebaikan dan kemajuan.
c.       Orang yang cakap adalah orang yang tidak hanya mengandalkan ilmu pengetahuannya saja, tetapi juga pandai menggunakan akal dan pikiran mereka dengan baik disertai dengan sikap susila

4.      Anak Harus Dididik menjadi Warga Negara yang Demokratis serta Bertanggungjawab Tentang Kesejahteraan Masyarakat dan Tanah Air
Manusia adalah makhluk social yang merupakan persekutuan masyarakat dan persekutuan bangsa. Negara Indonesia adalah Negara yang demokratis. Kedaulatan dan kekuasaan berada di tangan rakyat, oleh karena itu, Negara harus mengusahakan mendidik warga Negara menjadi warga Negara ang sejati. Warga harus bias mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai kondisi dan pekerjaan masing-masign. Supaya warga mengetahui kondisi ketatanegaraan, maka diperlukan :
1.      Pengetahuan yang cukup tentang kewargaannegara, ketatanegaraan, dan soal-soal pemerintah  yang penting.
2.      Semangat menjalankan tugasnya, dengan mendahulukan kepentingan Negara daripada kepentingnan sendiri.
3.      Kesadaran dan kesanggupan memberantas kecurangan dalam perbuatan yang menghalangi kemajuan dan kemakmuran Negara.


 






BAB V
KEWIBAWAAN (GEZAG) DALAM PENDIDIKAN

1.      Apakah Kewibawaan (Gezag) itu?
Gezag berasal dari kata “zeggen” = berkata, siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain berarti mempunyai kewibawaan terhadap orang itu. Kewibawaan terdapat pada orang dewasa khususnya orang tua.

2.      Apakah Perbedaan antara Kewibawaan Orang Tua dengan Kewibawaan Guru atau Pendidik-Pendidik lainnya terhadap Anak-Anak Didiknya?
a.      Orang tua (ayah dan ibu) adalah pendidik utama yang mendapat tugas kodrat dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Kewibawaan orangtua ada 2 :
-          Kewibawaan pendidikan
Kewibawaan dari orangtua bertujuan memelihara keselamatan anaknya agar hidup sehat jasmani dan rohani menjadi manusia dewasa.
-          Kewibawaan keluarga
Kewibawaan keluarga bertujuan untuk pemeliharaan dan keselamatan keluarga. Tiap anggota keluarga harus tunduk terhadap kewibawaan keluarga.\
b.      Kewibawaan Guru atau Pendidik-pendidik Lainnya
Guru atau pendidik lain menerima jabatannya dan ditunjuk sebagai pendidik itu dari pemerintah  (Negara). Kewibawaan guru atau pendidik lainnya ada 2:
-          Kewibawaan pendidikan
Guru atau pendidik karena jabatan berperan sebagai pendidik bagi anak-anak. Kewibawaan pendidikan pada guru dibatasi oleh banyaknya anak-anak yang diserahkan kepadanya dan setiap tahun berganti murid.
-          Kewibawaan Memerintah
Guru atau pendidik lainnya diberi kekuasaan oleh pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Kekuasaan tersebut meliputi pimpinan kelas.

3.      Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Dalam pergaulan baru terdapat pendidikan jika didalamnya telah ada kepatuhan dari si anak yaitu sikap menurut pada wibawa. Bisa dikatakan pendidikan jika ada pengaruh kedewasaan pada anak. Sikap anak terhadap kewibawaan pendidik ada dua, yaitu pertama sikap menurut (mengakui kekuasaan orang lain yang lebih besar karena paksaan, takut, jadi bukan tunduk atau menurut yang sebenarnya. Kedua yaitu sikap tunduk atau patuh ( dengan sadar mengikuti kewibawaan, artinya mengakui hak pada orang lain untuk memerintah dirinya dan dirinya tidak terikat.
Fungsi wibawa pendidik yang terakhir yaitu membawa anak ke arah pertumbuhannya untuk mengakui wibawa orang lain dan menjalankanya juga.
Arti “Trotz- Periode- Pertama” menurut Langeveld
Menurut Langeveld masa protes pertama adalah masa peralihan dari sikap yang menurut ke pembentukan sikap patuh atau sikap menurut yang masih sangat terikat pada pribadinya. Dapat juga dikatakan sebagai : untuk mengambil sikap menurut (  patuh ) anak harus dapat mengambil sikap tidak menurut.

4.      Bagaimana Pendidik seharusnya Menggunakan Kewibawaannya?
Penggunaan kewibawaan pada pendidik harus berdasarkan faktor-faktor :
a.       Dalam menggunakan kewibawaan hendaknya didasarkan atas perkembangan anak sebagai pribadi. Jadi wibawa bukan bertugas memerintah, melainkan mengamati, memperhatikan, dan menyesuaikan kepada perkembangan dan kepribadian masing-masing anak.
b.      Pendidik seharusnya memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif sendiri sesuai perkembangan dan bertambahnya umur anak. Jadi dengan wibawa hendaklah pendidik berangsur mengundurkan diri sehingga tidak diperlukan lagi.
c.       Pendidik hendaknya menjalankan kewibawaan berdasar cinta, maksudnya adalah hendak berbuat sesuatu untuk kepentingan anak.
Cinta dalam pendidikan hendaknya meliputi tiap-tiap anak dan harus dibuktikan dengan penghormatan terhadap anak-anak seperti sikap ramah, sabar, terbuka, dll.

5.      Kewibawaan dalam Masyarakat Orang Dewasa dan Kewibawaan dalam Pendidikan
a.      Kewibawaan dalam Masyarakat Orang Dewasa
1.      Dalam masyarakat harus ada wibawa supaya tercapai tujuan masyarakat yaitu kesejahteraan umum. Anggota masyarakat adalah orang yang telah dewasa.
2.      Masyarakat dewasa menurut dan patuh kepada pendukung-pendukund kekuasaan pemerintah bukan karena sempurnanya kepribadian, tapi karena orang tersebut telah diangkat menjalankan kewajibannya. Contohnya adalah bupati.
3.      Pemerintah meminta semua warga menaati peraturannya. Pemerintah hanya mengenai perbuatan lahir kita, selama perbuatan kita sesuai dengan peraturan, maka kita adalah warga Negara yang baik. Pemerintah juga akan berjalan lancar jika semua warga Negara taat pada peraturan undang-undang.
4.      Kewibawaan dalam pelaksanannya tidak menjadi berkurang melainkan tetap stabil karena tujuannya mengatur masyarakat dengan baik.
b.      Kewibawaan dalam Pendidikan
1.      Kewibawaan dalam keluarga bertujuan untuk membawa anak menuju kedewasaan. Dalam masyarakat telah ada norma yang mengatur  dan mendorong seseorang untuk hormat terhadap wibawa masyarakat.
2.      Pelaksaan pendidikan harus bersandar pada norma-norma dalam diri pendidik. Si pendidik harus memberi contoh dengan jalan menyesuaikan diri dengan norma.
3.      Tujuan pertama dalam pendidikan adalah bahwa anak dengan sepenuh kepercayaan menyerahkan pendidiknya dan dengan demikian mencapai kesesuaian batin.
4.      Kewibawaan harus berangsur berkurang sehingga kepatuhan anak terhadap pendidik harus diubah menjadi kepatuhan terhadap suara hatinya.
5.       
6.      Kewibawaan dan Identifikasi
Dalam setiap kewibawaan terdapat suatu identifikasi, ada 2 :
a.       Pendidik mengidentifikasi dirinya sendiri dengan kepentingan dan kebahagiaan anak. Pendidik memilih, mempertimbangkan, dan memutuskan untuk anak didiknya
b.      Anak didik mengidentifikasi diri sendiri terhadap pendidiknya. Pada anak ada 2 kemungkinan cara mengidentifikasi itu :
1.      Ia dapat melenyapkan dirinya sendiri, ia menurut dengan sempurna, tidak menentang, perintah dan larangan dilakukan secara pasif.
2.      Adanya ikatan erat dari pendidik menghalangi perkembangan anak. Ikatan yang erat juga menimbulkan usaha aktif untuk mencapai persamaan dengan pendidiknya.
Kesimpulan : identifikasi pada diri anak mula-mula menuju kepada diri pribadi pendidknya dan dengan demikian kemudian menuju pada nilai dan normanya. Kemudia kelak melepaskan lagi dari diri pendidiknya dan menujukan dirinya kepada nilai-nilai dan norma.

0 komentar:

Posting Komentar