BAB I
APAKAH PENDIDIKAN ITU ?
1.
Arti Istilah
Paedagogie : pendidikan
Paedagogiek (
berasal dari bahasa Yunani “paedagogos =
pergaulan”) : ilmu pendidikan atau
ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungi gejala tentang perbuatan mendidik.
Paedagogos : (ahli pendi dik) seseorang tugasnya
membimbing anak dalam pertumbuhannya kea rah dapat berdiri sendiri. / Seorang
pelayan atau bujang dalam zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar jemput
anak-anak ke dan dari sekolah.
2.
Apa yang dimaksud dengan Mendidik?
Mendidik berdasarkan hasil-hasil penyelidikan (teori) dan berdasarkan
pengalaman-pengalaman praktik lebih banyak dan baik hasilnya daripada hanya
berdasarkan pengalaman dan instuisi saja.
Pengembangan manusia tidak dapat dipersamakan begitu saja dengan
perkembangan biologis seperti pada tumbuhan.
3.
Mengapa Anak itu Harus Dididik?
Dalam dunia binatang, mereka juga mendidik anak-anaknya dengan
memelihara, melindungi, dan mengajarinya sampai dapat berdiri sendiri seperti
induknya.
Dresur dan pendidikan tidak dapat disamakan. Pendidikan yang dilakukan
binatang tidak sama dengan pendidikan manusia. Ada persamaan yaitu pada
pertumbuhan biologis (jasmaniah) saja. Binatang makhluk alam yang tidak
berkebudayaan sedangkan manusia adalah bilangan alam yang berkebudayaan (
berakal dan merupakan persekutuan masyarakat)
-
Kesimpulan :
1.
Pendidikan
adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohani kea rah kedewasaan.
2.
Pendidikan
ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak
dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
masyarakat.
BAB II
URAIAN SELANJUTNYA TENTANG PENDIDIKAN
1.
Pergaulan dan Pendidikan
Pergaulan hanya terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak ( orang
yang belum dewasa). Tetapi tidak setiap pergaulan antara orang dewasa dengan
anak bersifat pendidikan. Bisa jadi malah bersifat tidak mendidik dan
jahat. Contohnya adalah seorang orangtua
yang berstatus penjahat yang mengajari anaknya untuk merampok , mencopet, dsb.
Pergaulan paedagogis mempunyai sifat didalamnya ada pengaruh yang sedang
dilaksanakan dan ada maksud bahwa pengaruh itu dilaksanakan oleh orang dewasa (
misalnya sekolah, buku-buku, dll.) kepada orang yang belum dewasa.
2.
Mengapa Pendidik Harus Orang yang Sudah Dewasa?
Tidaklah mungkin pendidik membawa anak-anak ke kedewasaannya jika
pendidik sendiri tidak dewasa. Membawa anak ke kedewasaan tidak hanya dengan
anjuran,nasihat, atau larangan tetapi juga dengan memberi gambaran kedewasaan
yang senantiasa dapat dibayangkan oleh anak dari pendidiknya didalam pergaulan.
3.
Apakah yang Dimaksud dengan Kedewasaan?
MUDA DEWASA
Mencari
bentuk
|
Menampakkan
diri sebagai bentuk
|
Tidak
mempunyai ketetapan
|
Beranggapan
mempunyai ketetapan
|
Tidak
ada kemerdekaan
|
Merdeka
|
Mudah
berubah
|
Tetap
|
Lemah
|
Stabil
|
Memerlukan
bantuan
|
Kuat,
membantu
|
Mudah
terpengaruh
|
Tidak
bergantung pada orang lain
|
4.
Mendidik Ialah Memimpin Anak
Pendidikan disebut pimpinan yang berarti anak aktif sendiri dalam
berkembang, tumbuh. Tetapi dalam keaktifannya harus dibantu dan harus dipimpin.
a.
Teori Tabularasa ( John Locke dan Francis Bacon)
Teori ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan diumpamakan sebagai
kertas putih bersih yang belum ditulisi. Jadi anak tidak mempunyai bakat dan
pembawaan apa-apa yang berarti kekuasaan berada di tangan pendidik.
Teori itu disebut juga empirisme
yaitu paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia
timbul dari pengalaman yang masuk melalui alat indera.
b.
Teori Nativisme ( Schopenhauer)
Paham ini berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah
mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya
masing-masing. Aliran ini juga disebut pesimisme.
Paduan dari teori tabularasa dengan nativisme adalah teori konvergensi oleh
W.Stern, Jerman. Teori konvergensi menganggap hasil pendidikan anak-anak
ditentukan dan dipengaruhi oleh factor pembawaan dan lingkungan.
5.
Negara dan Pendidikan
Negara mempunyai hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran bagi warga Negara sesuai dengan dasar-dasar dan tujuan Negara yaitu
: mengatur kehidupan umum sehingga menjadi bantuan bagi pendidikan keluarga dan
dapat mencegah yag merugikan perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya.
Negara juga berhak dan berkewajiban melindungi anak-anak bila materil
dan moral orangtua tidak mencukupi, misalnya kurang mampu.
BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN
1.
Pendahuluan
Tujuan :
sesuatu yang hendak dicapai dalam pekerjaan.
Pada zaman
dahulu ( Hindia-Belanda) tujuan pendidikan hanya kolonialisme saja. Merekan
mendidik para bumiputra untuk menjadi pegawai rendahan yang taat, patut, setia
mengabdi kepada atasannya.
2.
Tujuan dan Kepribadian Pendidik
Tujuan umum pendidikan adalah membawa anak ke kedewasaan yang berarti
harus dapat menetukan diri sendiri dan bertanggungjawab sendiri. Pendidik harus
telah memiliki dan menetukan tujuan hidupnya sendiri serta mempersatukan diri
dengan norma-norma tertentu sehingga disebut orang yang berkepribadian.
3.
Macam-macam Tujuan di dalam Pendidikan
a.
Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan didalam dan ditetapkan pendidik yang
seharusnya menjadi tujuan orangtua atau pendidik lainnya yang selalu
dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak didik sendiri
dan syarat, alat untuk mencapai tujuan itu.
Ada beberapa factor yang berada pada anak didik yang menyebabkan tujuan
umum dilaksanakan secara khusus :
1.
Sifat
pembawaan anak didik. ( jenis kelamin, watak)
2.
Kondisi
keluarga anak didik. ( kemampuan ekonomi, status social )
3.
Tempat
dalam masyarakat yang menjadi tujuan anak didik.
4.
Tugas
badan-badan dan tempat pendidikan. ( keluarga, sekolah, badan keagamaan, dsb)
5.
Tugas
Negara dan masyarakat di sini dan sekarang.
6.
Kemampua
yang ada pada pendidik.
b.
Tujuan tak Sempurna
Ialah tujuan yang mengenai kepribadian manusia tertentu yang hendak
dicapai dengan pendidikan ( keindahan,
kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan, dll.). Tujuan ini tergantung kepada
tujuan umum.
c.
Tujuan sementara
Merupakan tempat berhenti sementara pada jalan menuju ke tujuan umum.
Umpamanya kita melatih anak untuk berbicara. Dalam hal ini tujuan sementaranya
yaitu anak dapat berbicara. Tetapi kita juga bertujuan agar anak berbicara
dengan baik dan sopan terhadap manusia dan agar berbuat susila.
d.
Tujuan Perantara
Tujuan ini tergantung pada tujuan sementara. Umpamanya tujuan sementara
adalah anak harus belajar membaca dan menulis. Untuk mencapainya diperlukan
tujuan perantara yaitu meode pembelajaran dan metode membaca.
e.
Tujuan insidental
Merupakan kejadian saat yang terlepas pada jalan yang menuju kepada
tujuan umum. Contoh : ayah memsnggil anaknya untuk makan bersama dengan tujuan
si anak masuk ke dalam rumah agar tidak lelah bermain. Ayah itu menuntut
perintahnya ditaati. Tetapi jika maksud ayah tadi agar anaknya mempunyai
kebiasaan tetap untuk makan bersama keluarga,maka hal itu dapat dipandang
sebagai tujuan perantara.
Tujuan-tujuan diatas
mempermudah kita hendak mengerti pekerjaan mendidik dan memunginkan untuk
meninjau apa yang dianjurkan aliran modern/kuno.
4.
Beberapa Pendapat tentang Tujuan Pendidikan
a.
Ahli
didik yang menitikberatkan pendidikan pada ketuhanan dan agama. Ada pula yang
lebih mengutamakan keduniaan dan bukan keakhiratan dalam pendidikannya.
b.
-
JJ. Rousseau mementingkan “ Pendidikan Individual “.
Ia berkata bahwa manusia saat dilahirkan adalah suci,
baik, dan kebanyakan anak menjadi rusak karena manusia itu sendiri atau
masyarakat. Rousseau menganjurkan pendidikan menurut alam. Tetapi bagaimana
anak dapat memilih mana yang baik dan buruk jika anak tidak dibantu oleh orang
dewasa?
-John Dewey memntingkan “Pendidikan Kemasyarakatan”
Anak diharapkan menjadi warga Negara yang baik.
Pendidikan hendaklah mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakat.
-
Kesimpulan
:
Pendidikan individual dan pendidikan kemasyarakatan
harus maju bersama. Jangan meninggalkan kepribadian anak dan harus menjadi
anggota masyarakat karena manusia itu tidak hidup sendiri di dunia ini.
c.
Ki Hajar Dewantara
-
Asas-asas Taman Siswa :
1.
Hak
seorang akan mengatur dirinya sendiri dengan mengingati tertibnya persatuan
dalam perikehidupan umum.
2.
Tertib
dan damai
3.
Bertumbuh
menurut kodrat
4.
Pengajaran
berarti mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batinnya,pikirannya, dan
tenaganya.
-
Dasar ( Pancadarma Taman Siswa ) :
1.
Dasar
kodrat alam
2.
Dasar
kebudayaan
3.
Dasar
kemerdekaan
4.
Dasar
kebangsaan
5.
Dasar
kemanusiaan
-
Pendidikan
dalam Taman Siswa adalah Sistem Among
:
1.
Kemerdekaan
sebagai syarat menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin, sehingga
dapat hidup merdeka.
2.
Kodrat
alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan secepatnya dan
sebaik-baiknya.
-
Kesimpulan
: Taman siswa adalah harmonis : mementingkan pendidikan individual dan
masyarakat, mementingkan intelektual dan pendidikan yang lain (kesusilaan,
kesenian, keindahan, dll.)
BAB IV
TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI INDONESIA
1.
Pendahuluan
Tujuan
pendidikan terdapat dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 1954, terutama pasal 3
dan 4
-
Pasal
3 : tujuan pendidikan dan pengajaran
adalah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis
serta bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
-
Pasal
4 : pendidikan dan pengajaran berdasar
asas-asas yang termaktub dalam Pancasila UUD RI dan atas kebudayaan Kebangsaan
Indonesia.
-
GBHN
1983-1988
Pendidikan
Nasional berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Mahaesa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah
air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Tugas
pendidik :
1.
Membentuk
manusia susila
2.
Membentuk
manusia susila yang cakap.
3.
Membentuk
warga Negara
4.
Membentuk
warga Negara yang demokratis
5.
Membentuk
warga Negara yang bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah
air.
2.
Anak Harus Dididik menjadi Manusia Susila
a.
Manusia
susila adalah manusia yang hidupnya selalu menuruti dan sesuai dengan
norma-norma kesusilaan yang berlaku.
b.
Dapatkah watak dididik?
-
Menurut
Prof. Heymans penganut aliran determinisme meragukan akan berhasilnya
pendidikan watak terhadap manusia. Dunia hanya dapat memperoleh orang yang
mempunyai kesusilaan tinggi dengan jalan memilih orang mana yang boleh
mempunyai keturunan.
-
Kerschensteiner,
watak manusia ada 2 :
1.
Watak biologis : watak yang berhubungan dengan nafsu dan insting
yang rendah yang terikat dengan kejasmanian. Menurutnya, watak manusia tidak
dapat diubah dan dididik.
2.
Watak inteligibel ( watak budi ) : watak yang berhubungan dengan budi atau akal
pikiran manusia, yang dapat diubah dan dididik. Watak ini mengandung unsur
kekuatan kemauan, kejernihan keputusan, kehalusan perasaan dan lama dan
mendalamnya getaran jiwa.
Kita setuju
terhadap Kerschenteiner bahwa anak perlu dididik watak dan kesusilaannya.
c.
Mengapa pendidikan susila itu penting?
Pendidikan
kesusilaan atau membentuk manusia susila adalah sungguh-sungguh hal yang sangat
penting, yang terutama, yang harus dilaksanakan oleh para pendidik, sebagai
pembangun masyarakat dan Negara dewasa ini dan selanjutnya.
3.
Anak Harus Dididik menjadi Manusia yang Cakap
a.
Tujuan
pendidikan dalam UUD tidak hanya membentuk manusia susila tetapi juga jasmaniah, akal , dan
kemasyarakatan. Demikian tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia susila yang
cakap. Bagi sebagian pendidik, “cakap” berarti banyak ilmu pengetahuan dan
mendidik manusia cakap berarti memasukkan pengetahuan yang banyak kepada otak
anak. Pendidik tersebut berarti mengutamakan nilai materil dan intelektualitas.
b.
Bukan
berarti orang yang cakap intelektual dapat berpartisipasi dalam masyarakat.
Masyarakat membutuhkan orang yang cakap pengetahuan dan jasmani, masyarakat
perlu orang yang mencari kebaikan dan kemajuan.
c.
Orang
yang cakap adalah orang yang tidak hanya mengandalkan ilmu pengetahuannya saja,
tetapi juga pandai menggunakan akal dan pikiran mereka dengan baik disertai
dengan sikap susila
4.
Anak Harus Dididik menjadi Warga Negara yang
Demokratis serta Bertanggungjawab Tentang Kesejahteraan Masyarakat dan Tanah
Air
Manusia adalah makhluk social yang merupakan persekutuan masyarakat dan
persekutuan bangsa. Negara Indonesia adalah Negara yang demokratis. Kedaulatan
dan kekuasaan berada di tangan rakyat, oleh karena itu, Negara harus
mengusahakan mendidik warga Negara menjadi warga Negara ang sejati. Warga harus
bias mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai kondisi dan
pekerjaan masing-masign. Supaya warga mengetahui kondisi ketatanegaraan, maka
diperlukan :
1.
Pengetahuan
yang cukup tentang kewargaannegara, ketatanegaraan, dan soal-soal
pemerintah yang penting.
2.
Semangat
menjalankan tugasnya, dengan mendahulukan kepentingan Negara daripada
kepentingnan sendiri.
3.
Kesadaran
dan kesanggupan memberantas kecurangan dalam perbuatan yang menghalangi
kemajuan dan kemakmuran Negara.
BAB
V
KEWIBAWAAN
(GEZAG) DALAM PENDIDIKAN
1.
Apakah Kewibawaan (Gezag) itu?
Gezag berasal dari kata “zeggen” = berkata, siapa yang perkataannya
mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain berarti mempunyai kewibawaan
terhadap orang itu. Kewibawaan terdapat pada orang dewasa khususnya orang tua.
2.
Apakah Perbedaan antara Kewibawaan Orang Tua dengan
Kewibawaan Guru atau Pendidik-Pendidik lainnya terhadap Anak-Anak Didiknya?
a.
Orang
tua (ayah dan ibu) adalah pendidik utama yang mendapat tugas kodrat dari Tuhan
untuk mendidik anak-anaknya. Kewibawaan orangtua ada 2 :
-
Kewibawaan pendidikan
Kewibawaan dari orangtua bertujuan memelihara
keselamatan anaknya agar hidup sehat jasmani dan rohani menjadi manusia dewasa.
-
Kewibawaan keluarga
Kewibawaan keluarga bertujuan untuk pemeliharaan dan
keselamatan keluarga. Tiap anggota keluarga harus tunduk terhadap kewibawaan
keluarga.\
b.
Kewibawaan
Guru atau Pendidik-pendidik Lainnya
Guru atau pendidik lain menerima jabatannya dan
ditunjuk sebagai pendidik itu dari pemerintah
(Negara). Kewibawaan guru atau pendidik lainnya ada 2:
-
Kewibawaan pendidikan
Guru atau pendidik karena jabatan berperan sebagai
pendidik bagi anak-anak. Kewibawaan pendidikan pada guru dibatasi oleh
banyaknya anak-anak yang diserahkan kepadanya dan setiap tahun berganti murid.
-
Kewibawaan Memerintah
Guru atau pendidik lainnya diberi kekuasaan oleh
pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Kekuasaan tersebut meliputi
pimpinan kelas.
3.
Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Dalam pergaulan baru terdapat pendidikan jika didalamnya telah ada
kepatuhan dari si anak yaitu sikap menurut pada wibawa. Bisa dikatakan
pendidikan jika ada pengaruh kedewasaan pada anak. Sikap anak terhadap
kewibawaan pendidik ada dua, yaitu pertama sikap
menurut (mengakui kekuasaan orang lain yang lebih besar karena paksaan,
takut, jadi bukan tunduk atau menurut yang sebenarnya. Kedua yaitu sikap tunduk atau patuh ( dengan sadar
mengikuti kewibawaan, artinya mengakui hak pada orang lain untuk memerintah dirinya
dan dirinya tidak terikat.
Fungsi wibawa pendidik yang terakhir yaitu membawa anak ke arah
pertumbuhannya untuk mengakui wibawa orang lain dan menjalankanya juga.
Arti “Trotz- Periode- Pertama”
menurut Langeveld
Menurut Langeveld masa protes pertama adalah masa peralihan dari sikap
yang menurut ke pembentukan sikap patuh atau sikap menurut yang masih sangat
terikat pada pribadinya. Dapat juga dikatakan sebagai : untuk mengambil sikap
menurut ( patuh ) anak harus dapat
mengambil sikap tidak menurut.
4.
Bagaimana Pendidik seharusnya Menggunakan
Kewibawaannya?
Penggunaan
kewibawaan pada pendidik harus berdasarkan faktor-faktor :
a.
Dalam
menggunakan kewibawaan hendaknya didasarkan atas perkembangan anak sebagai
pribadi. Jadi wibawa bukan bertugas memerintah, melainkan mengamati,
memperhatikan, dan menyesuaikan kepada perkembangan dan kepribadian
masing-masing anak.
b.
Pendidik
seharusnya memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif
sendiri sesuai perkembangan dan bertambahnya umur anak. Jadi dengan wibawa
hendaklah pendidik berangsur mengundurkan diri sehingga tidak diperlukan lagi.
c.
Pendidik
hendaknya menjalankan kewibawaan berdasar cinta, maksudnya adalah hendak
berbuat sesuatu untuk kepentingan anak.
Cinta dalam pendidikan hendaknya meliputi tiap-tiap anak dan harus
dibuktikan dengan penghormatan terhadap anak-anak seperti sikap ramah, sabar,
terbuka, dll.
5.
Kewibawaan dalam Masyarakat Orang Dewasa dan
Kewibawaan dalam Pendidikan
a.
Kewibawaan dalam Masyarakat Orang Dewasa
1.
Dalam
masyarakat harus ada wibawa supaya tercapai tujuan masyarakat yaitu
kesejahteraan umum. Anggota masyarakat adalah orang yang telah dewasa.
2.
Masyarakat
dewasa menurut dan patuh kepada pendukung-pendukund kekuasaan pemerintah bukan
karena sempurnanya kepribadian, tapi karena orang tersebut telah diangkat
menjalankan kewajibannya. Contohnya adalah bupati.
3.
Pemerintah
meminta semua warga menaati peraturannya. Pemerintah hanya mengenai perbuatan
lahir kita, selama perbuatan kita sesuai dengan peraturan, maka kita adalah
warga Negara yang baik. Pemerintah juga akan berjalan lancar jika semua warga
Negara taat pada peraturan undang-undang.
4.
Kewibawaan
dalam pelaksanannya tidak menjadi berkurang melainkan tetap stabil karena
tujuannya mengatur masyarakat dengan baik.
b.
Kewibawaan dalam Pendidikan
1.
Kewibawaan
dalam keluarga bertujuan untuk membawa anak menuju kedewasaan. Dalam masyarakat
telah ada norma yang mengatur dan
mendorong seseorang untuk hormat terhadap wibawa masyarakat.
2.
Pelaksaan
pendidikan harus bersandar pada norma-norma dalam diri pendidik. Si pendidik
harus memberi contoh dengan jalan menyesuaikan diri dengan norma.
3.
Tujuan
pertama dalam pendidikan adalah bahwa anak dengan sepenuh kepercayaan
menyerahkan pendidiknya dan dengan demikian mencapai kesesuaian batin.
4.
Kewibawaan
harus berangsur berkurang sehingga kepatuhan anak terhadap pendidik harus
diubah menjadi kepatuhan terhadap suara hatinya.
5.
6.
Kewibawaan dan Identifikasi
Dalam setiap
kewibawaan terdapat suatu identifikasi, ada 2 :
a.
Pendidik
mengidentifikasi dirinya sendiri dengan kepentingan dan kebahagiaan anak.
Pendidik memilih, mempertimbangkan, dan memutuskan untuk anak didiknya
b.
Anak
didik mengidentifikasi diri sendiri terhadap pendidiknya. Pada anak ada 2
kemungkinan cara mengidentifikasi itu :
1.
Ia
dapat melenyapkan dirinya sendiri, ia menurut dengan sempurna, tidak menentang,
perintah dan larangan dilakukan secara pasif.
2.
Adanya
ikatan erat dari pendidik menghalangi perkembangan anak. Ikatan yang erat juga
menimbulkan usaha aktif untuk mencapai persamaan dengan pendidiknya.
Kesimpulan : identifikasi pada diri anak mula-mula menuju kepada
diri pribadi pendidknya dan dengan demikian kemudian menuju pada nilai dan
normanya. Kemudia kelak melepaskan lagi dari diri pendidiknya dan menujukan
dirinya kepada nilai-nilai dan norma.
0 komentar:
Posting Komentar