PENGERTIAN PENDIDIKAN
1.
ARTI
PENDIDIKAN
Sebelumnya kita
akan membahas perbedaan antara Ilmu Pendidikan (paedagogiek) dan Pendidikan
(paedagogie).
1) Ilmu
Pendidikan (Paedagogiek)
Hal ini lebih menitik beratkan pada
pemikiran permenungan tentang pendidikan, tentang bagaimana sistem pendidikan,
tujuan pendidikan, materi pendidikan, sarana dan prasarana, cara penilaian,
dll.
2) Pendidikan
(Paedagogie)
Hal ini lebih menekankan pada praktek yang
menyangkut kegiatan belajar mengajar. Namun keduaya harus dilaksanakan
beriringan dan jelas.
Sehingga dalam diktat ini banyak menggunakan istilah
pendidikan dan mendidik.
1) Arti
pendidikan secara etimologi
Paedagogie berasal dari bahasa
Yunani, terdiri dari dua kata yaitu “PAIS” artinya anak, dan “AGAIN” artinya
membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.
2) Secara
definitif pendidikan (Paedagogie) diartikan oleh tokoh-tokoh berikut :
a. John
Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual da emosional ke arah alam
dan sesama manusia.
b. Langeveld
Mendidik adalah mempengaruhi anak
dalam usaha membimbingmya supayamenjadi dewasa, yang didasari sengaja antara
orang dewasa dengan orang belum dewasa.
c. Hoogeveld
Mendidik adalah membantu anak supaya
ia cukup cakap melaksanakan tanggung jawab dan tugasnya.
d. SA.
Bratanata dkk.
Pendidikan adalah usaha yang sengaja
diadakan baik langsung atau tidak langsung untuk membantu anak dalam mncapai
kedewasaan.
e. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita
perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi kita membutuhkannya waktu
dewasa.
f. Ki
Hajar Dewantara
Mendidik adalah menuntun segala
kekuatan kodrat pada anak agar mencapai kesejahteraan sebagai manusia dan
anggota masyarakat.
g. GBHN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berkembang seumur hidup.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa
pendidikan yaitu suatu kegiatan yang sadar dan disengaja, serta penuh tanggung
jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi
dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan kontinyu.
Pada umumnya masalah pendidikan
dibahas melalui 2 segi :
1)
Segi
Pengertian Pendidikan
a.
Dari segi etimologis,
pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedagogiek”, berasal dari 2 kata “PAES”
artinya “Anak” dan “Ago” artinya “Aku membimbing”. Jadi Paedagogiek berarti aku
membimbing anak. Orang yang membimbing/
membawa ketempat belajar dalam bahasa Yunani disebut “paedagogos’. Maka dari
konteks di atas perbuatan membimbing maksudnya perbuatan mendidik.
b.
Dari segi essensialis,
mendidik dirumuskan menjadi beberapa :
1) Prof.
Dr. M.Y. Langeveld : mendidik ialah mempengaruhi anak agar menjadi dewasa.
2) Prof.
Y.H.E.Y. Hoogeveld : mendidik ialah membantu anak agar kelak melaksanakan tugas
hidup atas tanggungannya sendiri.
3) Dr.
Sis Heyster : mendidik ialah membantu manusia dalam pertumbuhan, agar kelak
mendapat kebahagiaan batin yang sangat dalam yag dicapai tanpa menggangu orang
lain.
4) Prof.
S. Brojonagoro : mendidik ialah memberi tuntutan kepada orang yang belum dewasa
dalam pertumbuhan , sampai tercapainya kedewasaan jasmai dan rohaninya.
Dari keempat pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pendidikan ialah pengaruh, bantuan atau tuntutan yang diberikan oleh
orang yang bertanggung jawab terhadap anak didik. Dari hal tersebut didapat dua
pengertian tugas/ fungsi mendidik yaitu pembentukan pribadi da menyerahkan
kebudayaan kepada generasi muda. Maka sikap generasi muda harus reseptif,
selektif, dan continous, sehingga diharapkan adanya inovasi.
2)
Segi
Pandangan Pendidikan Terhadap Sasarannya
Manusia bukanlah
seekor makhluk biologis, melainkan seorang pribadi, seorang person, seorang
subyek, artinya ia mengerti akan dirinya, ia mampu menempatkan dirinya dalam
situasinya, ia dapat mengambil sikakp dan menentukan dirinya, nasibnya ada
ditangan sendiri (Driyakara, 1980 : 82)
Anak
didik ialah mausia muda yang masih dalam taraf potensial, belum sampai taraf
maksmal. Maka mendidik disebut perbuatan fundamental, karena mendidik itu
memanusiakan manusia muda, proses hominisasi dan humanisasi yaitu perbuatan
yang menyebabka manusia menjadi manusia (Driyarkara, 1980 :87). Proses
hominisasi artinya penjadian mausia dari taraf potensial ke taraf maksimal
(mampu berbuat selayaknya manusia), dan proses humanisasi ialah menunjukkan
perkembangan yang lebih tinggi.
Berdasarka
rumusan diatas Driyarkara mengemukakan rumusan pendidikan sebagai berikut :
1) Pendidikan
adalah hidup bersama dalam kesatuan Tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi
permanusiaan anak, dimana dia
berproses untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia purnawan
(Driyarkara, 1980 : 129). Pemanusiaan disini memiliki dua arti : pendidikan
memanusiakan anak didik dan anak didik memanusiakan dirinya sendiri.
2) Pendidikan
adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal aya-ibu-anak, dimana terjadi
pembudayaan anak, dimana dia
berproses untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia purnawan
(Driyarkara, 1980 : 130). Pembudayaan ini menunjukkan aktivitas yang baik dari
pendidik dan anak didik. Pendidik membudayakan anak, dan anak karena
dibudayakan itu membudayakan diri. Selanjutnya pembudayaan ini juga proses
kearah pembudayaan yang “berdikari” oleh anak sendiri sebagai purnawan.
3) Pendidikan adalah hidup bersama dalam
kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai,
dimana dia berproses untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia purnawan
(Driyarkara, 1980 : 131).
Pelaksanaan disini adalah perjumpaan antara
aktivitas pendidik dan aktivitas anak didik. Pendidikan juga memandang bahwa
anak didik itu memiliki sifat-sifat : inndividualitas, sosialitas, moralitas,
dan unisitas. Jika salah satu dari keempat ini tidak ada maka pendidikan akan
mengalami kesulitan.
2.
PENTINGNYA
PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
a.
Pentingnya
Pendidikan
Pendidikan menjadi penting jika
disorot dari dua sisi, yaitu :
1) Segi
anak
Anak adalah amnusia yang sedang
tumbuh, maka pendidikan itu penting sekali karena mulai bayi belum dapat
berbuat sesuatu untuk dirinya. Oleh sebab itu bayi memerlukan bantuan,
tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidupnya
dengan mendalami belajar bertahap demi mendapat kepandaian, ketrampilan, dan
pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga mampuberdiri sendiri dalam waktu
yang lama.
2) Segi
orang tua
Pendidikan karena dorongan orang tua
yaitu hati nuraninya yang terdalam yang mempunyai sifat kodrati untuk mendidik
anaknya baik phisik, sosila, emosi, maupun intelegensinya agar mendapat
keselamatan, kepandaian,kebahagiaan, sehingga ada tanggung jawab moral atas
hadirnya anak tersebut yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa untuk dirawat
sebaik-baiknya.
Hal itu harus didasari kasih sayang
orang tuan agar sampai pada tujuananak
berdiri sendiri, cara-cara tersebut yaitu :
a) Adanya
perawatan dan pemeliharaan tubuh bagi anak.
b) Seiring
pertumbuhan badan dan usia anak, tambah pulakeperluan belajar pengetahuan dan
ketrampilanya.
Menurut Langeveld, pendidikan itu dapat dimulai sejak
anak didik mengenal kewibawaan, kira-kira 3th, sebelumnya anak dapat diberikan
pembiasaan (dressur). Setelah dewasa, pendidikan itu dapat diberikan.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu dimulai
sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah ia meninggal dunia (seumur hidup).
Dalam GBHN (Tap. MPR. No. IV/ MPR / 1973) diruuska
bahwa : “Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur
hidup”.
Menurut Brojonagoro pendidikan dapat dimulai lebih
awal, ketika calon suami-istri. Mereka berhati-hati pada ajaran
“bibi-bebet-bobot”. Pendapat ini selaras dengan Notonagoro.
Kemungkinan
Pendidikan
Mengenai hal ini, ada beberapa
pendapat :
1)
Aliran naturalisme
(kodrat) berpendapat pendidikan itu tidak perlu, sebab perkembangan anak
tergantung dari kodrat yang dibawanya sejak dia belum dilahirkan. Hal ini
selaras dengan aliran nativisme (pembawaan) yaitu bayi membawa sifat-sifat
orang tuanya. Penganut aliran ini antara lain Schopenhauer (Jerman).
2)
Aliran emprisime (pengalaman)
berpendapat bahwa anak yang baru lahir itu seperti kertas yang masih putih
bersih. Orang dapat menuliskan apapung pada kertas itu. Jadi pendidikan itu
maha kuasa. Pendidikan membentuk anak sesuai seleranya. Penganutnya John Locke
(Inggris), Herbart (Jerman).
3)
Aliran convergensi
berpendapat bahwa aliran sebelumnya merupaka kesatuan mutlak didalam
perkembangan anak didik. Jadi pendidikan maha kuasa tergantung dari pembawaan
dan kodrat anak didik. Akivitas dan kematangan mempengaruhi keberhasilan anak
didik. Penganutnya William Stern (Jerman).
b)
Pentingnya
mempelajari Ilmu Pendidikan
Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Untuk
Pengenbaga Individu
Manusia sebagai makhluk berbudaya
yang dapat mengembangkan dirinya. Berkembangnya kehidupan manusia disebabkan oleh hal berikut ini :
a. Adanya
kemampuan atau potensi dasar yang ada pada manusia, seperti intelek, imaginasi,
fantasi
b. Adanya
usaha pengembangan potensi manusia sehingga berujud kemampuan yang nyata dan
adanya usaha penyerahan nilai atau norma.
Atas dasar hal tersebut maka
pendidikan adalah suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan.
2) Bagi
Pendidik pada Umumnya
Dengan memahami pendidikan pendidik
didapati :
a. Memudahkan
praktek pendidikan
Dengan bekal ilmu pendidikan,
kegiatan pendidik dapat direncanakan sistematis menuju tujuan yang ditetapkan.
b. Dapat
menimbulkan kecintaan pada diri pendidik
terhadap tugasnya, terhadap anak didik, dan terhadap kebenaran. Mengenai
kecintaan pada pendidikan Jan Lingthart (ahli pendidik Belanda) mengemukakan:
“Pendidikan adalah soal kecintaan, kebijaksanaa, dan kesabaran. Kebijakan dan
kesabaran berkembang subur, apabila didukung oleh kecintaan”.
c. Dapat
menghindaribanyak kesukaran dan kesalahan dalam melaksanakan praktek
pendidikan.
Kesalahan itu antara lain :
·
Cara mendidik terlalu
keras
·
Cara mendidik tanpa
memberi kesempatan berkembang
·
Kesalahan penekanan
tujuan pendidikan
3) Dari
Segi Pembangunan
Dari GBHN tujuan
pendidikan nasional : “Pendidikan Nasional berdasarkan atas Pancasila dan
bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuha Yang Maha Esa, kecerdasan,
ketrampilan, mempertinggi budi pekertimemperkuat kepribadian….”.
Begitu pentingnya
pendidika bagi bangsa, maka Pemerintah berusaha keras untuk :
a. Meningkatkan
usaha pemerataan penduduk.
b. Meningkatkan
mutu pendidikan disetiap tingkat pendidikan.
c. Meningkatka
relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan pembagunan.
d. Meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan pendidikan disemua jenjang.
3.PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
a. Pengertian Ilmu
Pengetahuan dan Syarat-syaratnya
Ilmu Pengetahuan
ialah suatu uraian lengkap dan tersusun tentang obyek. (Dr. Sutari Barnadib).
Drs. Amir Danien Indrakusuma mengartikan ilmu pengetahuan ialah uraian yag
sistematis dan metodis tentang suatu hal atau masalah.
Adapun syarat
sesuatu disebut Ilmu Pengetahuan yaitu :
1) Obyek
Formal sendiri
2) Metode
Penelitian
3) Sistematika
Uraian
Ada
yang menambahkan dengan Tujuan sebagai syarat keempat
Ad.1. Obyek
ilmu pengetahuan adalah obyek material yaitu bahan / masalah yang menjadi
sasaran pembicaraan/ penelitiandari ilmu pengetahuan, dan obyek formal adalah
sudut tijauan dari penelitian atau pembicara suatu imu pengetahuan.
Ad.2. Setiap
Ilmu Pengetahuan diharuskan memiliki metode penelitian/ penelaahan, yaitu
cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Baik metode
pengumpulan keterangan atau data maupun metode pengolahan data dengan pola
pikir induktif atau deduktif.
Ad.3. Sisitematika
merupakan syarat Ilmu Pengetahuan yang otonom. Pengertian Sistem menurut :
a.
Allport
Sistem adalah sekumpulan unsur yag
dinamis yang denga cara kaitan satu dengan yang lain saling tergantung,
sehingga dengan kerja sama menurut aturan tertentu memperoleh hasil.
b.
L. James Harvey
Sistem adalah prosedur yag logis dan
rasional merancang komponen dengan maksud berfungsi sebagai ksatuan usaha yang
telah ditentukan.
c.
Drs. Madyo
Sistem adalah sejumlah komponen yang
terorganisir sebagai kesatuan yang berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan
tertentu.
d.
Koentjaraningrat
Sistem adalah susunan yang berfungsi dan
bergerak yang ada pada realitet.
Dengan demikian, sistematika ialah uraian sejumlah
komponen yang berkaitan satu dengan yang lain menurut susuan tertentu sehingga
merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
b. Ilmu Pendidikan meemenuhi
syarat Ilmu Pengetahuan
Dari
uraian sebelumnya dapat disimpulkan Ilmu Pendidikan memenuhi syarat Ilmu
Pengetahuan berikut uraianya :
1) Obyek
Ilmu Pendidikan
a) Obyek
Material dan Obyek Formal.
Anak didik adalah manusia, berarti
obyek ilmu pendidikan ialah manusia, tetapi manusa juga menjadi obyek ilmu
sosial lain,maka manusia adalah obyek material.
b) Obyek
Formal
Obyek Formal disini ialah problema
yang menyangkut Apa, Siapa, Mengapa, Bagaimana, Dimana. Dengan kata lain obyek
formal adalah kegiatan manusia dalam membimbing manusia lain kepada kedewasaan.
d. Kedudukan Ilmu Pendidikan
pada Ilmu Pengetahuan
Berikut
ini beberapa tokoh yang mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, antara lain
:
1. Dr.
Sutari Imam Barnadib
Dalam
bukunya “Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis” membgai Ilmu Pengetahuan dalam
dua golongan yaitu Ilmu Murni dan Ilmu Empiris. Ilmu Murni dibagi menjadi ilmu
Pasti. Filsafat, Logika, sedangkan Ilmuu Empiris dibagi dalam dua golongan yang
masih bercabang.
2. Drs.
Amir Daien Indrakusuma
Dalam bukunya
“Pengantar Ilmu Pendidikan” membagi Ilmu Pengetahuan menjadi 5 yaitu
Matematika, Fisika, Biologi, Social Sciences, Metafisika. Dari kelima ilmu
tersebut masih dikelompokkan menjadi beberapa lagi.
3. Prof.
Drs. W. J. Van De Woestijne
Dalam bukunya
“Inlciding in Het Economisch Denken” membagi Ilmu pengetahuan dalam dua
golongan yaitu Ilmu Pengetahuan yang didasarkan dasar pengalaman yaitu Alam
tanpa kehidupan dan Alam hidup.
4. Al-Ghazali
Dalam
bukunya “Ihya ‘Ulumuddin” membagi ilmu pengetahuan dalam dua golongan yaitu
Ukhrowy dan Duniawy yang masing-masing masih dibagi dalam beberapa golongan
lagi.
Kedudukan ilmu Pendidikan pada Ilmu
Pengetauan menurut beberapa tokoh yaitu :
1. Menurut Dr. Sutari Imam
Bernadib dan Drs. Piet A Sahertian
a. Ilmu
Pendidikan termasuk Ilmu Pengetahan Empiris.
b. Ilmu
Pendidikan termasuk Ilmu Pengetahan Rohani
c. Ilmu
Pendidikan termasuk Ilmu Pengetahan Normatif
Menurut Dr. Sutari
ditinjau dari segi Pengalaman Ilmu Pendidikan termasuk Empirical
Science.Ilmu Empiris ialah Ilmu yang terikat dengan obyek tertentu yag terdapat
dalam pengalaman.Ilmu Pengetahuan Empiris terbagi menjadi dua :
a. Ilmu-ilmu
Pengetahuan Alam
b. Ilmu-ilmu
Pengetahuan Rohani
Ilmu Pendidikan merupakan Ilmu
Pengetahuan Rohani, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan
manusia,memandang anak sebagai makhluk susila dan akan dibawa ke arah budaya.
Ilmu Pengetahuan Rohani diadakan secara Deskriptif dan Normatif, dari segi ini
Ilmu Pendidikan termasuk Normatif, berdasar pemilihan yang baik dan buruk untuk
anak khususnya untuk manusia pada umumnya.
2. Menurut Drs. Amir Daien
Indrakusuma
Ilmu
Pendidikan termasuk Social Science
3. Menurut Prof. Dr. W.J.
van De Woestijne
Ilmu
pendidikan termasuk ilmu-ilmu Pengetahuan Kemanusiaan.
4. Menurut imam al-Ghazali
Diperkirakan Ilmu Pendidikan
termasuk dalam Ukhrowy. Menurut Abu Tholib Al-Makki, ilmu ukhrowy wajib
dipelajari, khususnya yang MUKA SYAFAH.
Imam
Ghazali menukil perkataan Abu Tholib Al-Makki sebagai berikut :
“Berkata
Abu Tholib Al Makki bahwa ilmu yang diwajibkan ilmu pengetahuan yang terkandung
dalam hadist Nabi SAW : “Dirikanlah Islam atas lima sendi; mengakui bahwa tiada
Tuhan selain ALLAH…(sampai akhir hadist).
Menurut Ghazali, pengetahuan adalah
Fardhu ‘Ain. Dan hukum mempelajarinya juga Fardhu ‘Ain.
Berikut pengertian istilah ilmu yang
perlu diketahui :
·
Ilmu Empris adalah ilmu
yang mendasar pada pengalaman, lawannya Ilmu Murni. Obyeknya gejala kehidupan
·
Ilmu rohani disebut juga
“Behavioral Sciences” yang mencari obyek dalam keaktifan rohani manusia.
Lawannya Ilmu Pengetahuan Alam.
·
Ilmu Pengetahuan Normatif
yaitu ilmu yang kaidah-kaidah norma tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan manusia, dengan pertimbangan nilai.
·
Ilmu Pengetahuan Deskriptif
yaitu ilmu pengetahuan yang hanya melukiskan obyeknya.
·
Ilmu Matematika yaitu
ilmu PASTI termasuk didalamnya ilmu hitung, ilmu ukur, mekanika.
·
Fisika yaitu ilmu yang
bersifat “kealaman” antara lain Geologi (Ilmu Tanah), Mineralogi (Ilmu
Pertambangan).
·
Biologi yaitu ilmu “alam
hidup” (ilmu hayat), antara lain Ethnologi (ilmu tentang bangsa-bangsa).
·
Metafisika yaitu ilmu
kefilsafatan antara Ontologi (ajaran tentang yang ada), Cosmologi 9ajaran
tentang Alam), Theodicee (ajaran tentang Tuhan).
e.
Hubungan
Teoritis dengan Praktis
Teori dan Praktek salig bertutan. Dr.
W.P. Napitupulu dalam bukunya “Dimensi-dimensi Pendidikan” menyatakan : Teeori
pendidikan meliputi pengetahuan dan pengalaman yang disusun secara logis
sistematis mengenai kegiatan dan usaha yang dijalankan dengan tujuan dengan
tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan”.
Sebagai timbal balik pendapat
tersebut,telah dinyatakan oleh Prof. Dr. M.J. Mangeveld dengan perkataannya
:”Praktijk zonder theori is voov gekken en schurken”. Pernyaatan ini menegaskan
praktek yang tidak diiringi teori tentu akan berakhir pemborosan dana, tenaga,
dan waktu.
Pendidikan dalam istilah Paedagogie
berhubungan dengan praktek mendidik. Ilmu Pendidikan dalam istilah Paedagogie
berhubungan dengan teori pendidikan yag mengutamakan ilmiah.
Paedagogie lahir abad 19, namun telah
didahului oleh tokoh. Tokoh ahli pikir zaman kuno yaitu Socrates, Plato,
Aristoteles, Quiliition, Confocius. Tokoh ahli pikir zaman berikutnya yaitu
J.A. Comennius, Pestalozzi, John Locke. Ilmu Pendidikan diakui sebagai ilmu
otonom atas jasa J.F. Herbart pada abad 19.
Ilmu Pendidikan (Paedagogiek) adalah
teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Teori pendidikan dapat
digunakan untuk mengontrol praktek pendidikan dan praktek pendidikan dapat
mengontrol teori pendidikan. Bahkan Mangkunegoro IV mengatakan “Ngelmu Iku Lakone
Kanti Laku” artinya teori harus dipraktekan dalam perbuatan. Prof. Gurning,
Teori tanpa praktek itu hanya bagi orang luar biasa (genius) dan praktek tanpa
teori itu hanya untuk orang gila.
4. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
1)
Komunikasi
Artinya interaksi hubungan timbal
balik dari anak (orang belum dewasa) dengan orang tua atau pendidik (orang
dewasa) dan sebaliknya.
2)
Kesengajaan
Semua perbuatan merupakan proses
kesengajaan yang didasari oleh orang dewasa demi anak.
3)
Kewibawaan
Kewibawaan adalah pengaruh yang
diterima dengan sukarela dimiliki oleh orang dewasa.. kewibawaan adalah tujuan
akhir suatu pendidikan dilakukan. Dengan kewibawaan anak merasa dilindungi,
percaya, dibimbing, dan menerima sukarela.
4)
Normatif
Komunikasi tadi dibatasi oelh
norma-norma yang berlaku.
a)
Norma sosial
· Ketentuan
nilai baik buruk
· Sopan
santun dalam pergaulan
· Adat
istiadat
· Gotong
royong
b)
Prinsip didaktik
(pelajaran ordik umum)
·
Pengajaran harus aada
aktivitas
·
Aktivitas menimbulkan
pengalaman
·
Pengajaran berdasar
minat, perhatian
·
Pengajaran menjalin teori
dan praktek
·
Pengajaran berpaduan
belajar dan bekerja
·
Pengajaran harus
sistematis
·
Pengajaran dimulai dari
hal kongkrit ke abstrak
·
Pengajaran dari sederhana
ke kompleks
·
Pengajaran dimulai dari
induksi ke deduksi
·
Pengajaran harus
merangsag siswa belajar sendiri
5)
Unsur anak
Anak
akan menerima pelayanan pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kenalilah anak sebaik mungkin.
6)
Unsuer kedewasaan/ tujuan
5. JENIS-JENIS PENDIDIKAN
1)
Menurut tingkat dan
sistem persekolahan
Setiap
negara memiliki sistem persekolahan yang berbeda-beda, baik tingkat maupun
jenis sekolah. Dinegara kita tingkat dan jenis persekolahan yaitu :
·
Tingkat Pra Sekolah
·
Tingkat Sekolah Dasar
Hal
ini sekolah dasar ada dua yaitu sekolah dasar umum dan sekolah dasar luar biasa
(SDLB). Untuk sekolah tingkat menengh pertama ada SMP dan SMP kejuruan. Untuk
sekolah menengah tingkat atas ada SMA dan SMA Kejuruan (SMK,SMEA,SPG). Untuk
perguruan tinggi ada jalur gelar
(S-1,S-2,S-3) dan non gelar (D-1,D-2,D-3).
2)
Menurut tempat
berlangsungnya pendidikan
Menurut
Ki Hajar Dewantara ada tiga jenis sekolah yang disebut tripusat pendidikan
yaitu :
Pendidikan
didalam Keluarga
Pendidikan
didalam Sekolah dan
Pendidikan
didalam Masyarakat.
3)
Menurut cara
berlangsungnya pendidikan
Ada
dua yaitu Pendidikan Fungsional adalah pendidikan yang berlangsung secara
naluriah tanpa rencana dan tujuan tetapi berlangsung begitu saja, dan
Pendidikan Intensional adalah lawan dari fungsional yang program dan tujua
sudah direncanakan.
4)
Menurut aspek pribadi
yang disentuh jadi tidak menyentuh seluruh dari kepribadian anak didik, kita
kenal pendidikan Orkes, pendidikan sosial, pendidikan Bahasa, pendidikan
Kesenian, pendidikan Moral, pendidikan Sex, dll.
5)
Menurut Sifatnya yaitu :
a)
Pendidikan Informal,
yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari sadar
atau tidak sadar seumur hidup. Berlangsung dalam keluarga, masyarakat,
pekerjaan, pergaulan sehari-hari.
b)
Pendidikan Formal, yaitu
pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat
tertentu secara ketat. Berlangsung di Sekolah
c)
Pendidikan Non Formal,
yaitu pendidikan yang dilakukan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu
mengikuti peraturan yang ketat.
0 komentar:
Posting Komentar